Kecantikan bagi perempuan merupakan napas, seperti oksigen yang mereka hirup untuk membuat jantung tetap berdenyut dan sel-sel tubuh tumbuh. Kecantikan bagi perempuan adalah suatu keharusan. Baru-baru ini muncul beberapa pengakuan bahwa kategori cantik bagi perempuan sudah terstandarisasi. Penentu standart tersebut bukan muncul atas inisiatif si perempuan itu sendiri, melainkan muncul atas konstruksi produk-produk kecantikan dan didukung pula oleh media massa.
Dewasa ini muncul berbagai iklan-iklan di tayangan televisi yang mengulas produk kecantikan seperti pemutih, pelangsing yang menggunakan model perempuan yang berkulit putih, tinggi, langsing dan berambut lurus. Hal tersebut bertujuan untuk menunjukan kepada khalayak ramai bahwa kategori cantik adalah seperti penampilan model iklan perempuan tersebut. Meskipun tujuan utamanya bukan pada hal tersebut, melainkan hanya kepada pemasaran produk.
Dengan kategori cantik seperti yang digambarkan oleh model perempuan tersebut menurut produsen produk kecantikan, bahwa perempuan cantik adalah yang memiliki kulit putih, tinggi, langsing dan berambut lurus, secara tidak langsung hal tersebut banyak mempengaruhi perempuan-perempuan agar berusaha sebisa mungkin mengikuti apa yang dicontohkan iklan produk kecantikan, meskipun dengan menyakiti tubuhnya.
Seperti yang telah penulis ulas diatas bahwa antara perempuan dan kecantikan tidak dapat dipisahkan dari satu dengan yang lain. Untuk mendapatkan kategorisasi cantik sesuai standart yang telah ditentukan, perempuan rela melukai tubuhnya semisal dengan mengikuti operasi sedot lemak yang bertujuan agar mendapatkan tubuh langsing. Ia tidak peduli dengan resiko yang akan diperoleh jika saja operasinya gagal, karena hal pertama yang Ia tekankan ialah menjadi langsing dan cantik.
Perempuan yang memang dikodratkan memiliki rambut keriting rela menggilas rambutnya dengan mesin uap sejenis setrika yang panas agar rambut yang keriting tersebut berubah menjadi lurus secara instan. Tak peduli dengan kelembaban rambut yang semula sehat menjadi kering dan bercabang hingga akhirnya merusak nutrisi alami yang ada pada rambut. Perempuan-perempuan semacam itu secara tidak langsung telah dibodohi oleh mitos kecantikan.
Naomi Wolf dalam bukunya yang berjudul Mitos Kecantikan, mengawali bukunya dengan menunjukan bahwa selama ini perempuan-perempuan kulit hitam, kulit cokelat, maupun kulit putih di Amerika berhadapan dengan mitos kecantikan untuk menjadi perempuan yang sempurna yaitu memiliki tubuh tingg, langsing, putih dan berambut pirang. Kulit wajah mereka tidak boleh memiliki cacat sedikitpun dan lingkaran pinggang mereka haruslah sekecil betul ukurannya. Setiap pagi, para perempuan bangun tidur dengan perasaan yang tak nyaman disebabkan keadaan tubuh mereka.
Wolf menilai bahwa ada usaha dari industri kecantikan yang menjadi induk semang dari sistem patriarki untuk mengontrol kebebasan perempuan. Sistem patriarki yang diterapkan dalam industri kecantikan melakukan penindasan bukan secara langsung melainkan dengan mitos kecantikan. Senjata yang dipakai adalah melalui produk-produk dari industri kecantikan mereka dan yang paling utama adalah melalui model perempuan dengan tubuh langsing, tinggi, putih dan berambut lurus. Wolf menyebutkan bahwa mitos kecantikan lahir dari idealisasi yang melayani tujuan dan kepentingan tertentu.
Hal pertama yang harus kita tekankan disini adalah sebagai perempuan kita harus dapat menyaring sesuatu dari luar dan dapat mengambil positif dan negatifnya. Sebagai perempuan Indonesia, yang memang terlahir dengan kodrat berkulit sawo matang, seharusnya kita tidak perlu memiliki obsesi untuk berkulit putih layaknya bule karena kodrat yang diberikan Tuhan antara kita, perempuan Indonesia dan bule sangatlah berbeda.
Perempuan cantik seharusnya bukan diukur dari tubuh dan kulit karena hal tersebut merupakan pemberian Tuhan dan kodrat yang tidak bisa kita otak-atik lagi. Perempuan cantik adalah perempuan yang memiliki bakat atau dapat disebut dengan inner beauty. Perempuan cantik bukan diukur dari berapa ukuran pinggang dan berapa tinggi badan, melainkan kecerdasan otak dan kepekaan sosial terhadap sesama.

0 komentar:
Posting Komentar