Yogyakarta merupakan kota kecil yang terletak di bagian selatan Pulau Jawa, berbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah dan Samudera Hindia. Yang membuat berbeda Yogyakarta dengan daerah-daerah lain adalah terletak kepada gelar keistimewaannya. Gelar keistimewaan ini didapat karena di kawasan Yogyakarta berdiri dua kasultanan sekaligus yaitu Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dan Kadipaten Pakualaman. Namun disini penulis tidak akan membahas hal tersebut. Penulis akan membahas tempat makan yang murah meriah namun tak kalah menarik dengan restoran-restoran bintang lima.
Kota romantis merupakan salah satu julukan yang dimiliki oleh Yogyakarta selain kota pelajar dan kota pendidikan. Yogyakarta juga merupakan kota bagi penikmat wisata. Mulai dari wisata pantai, wisata sejarah, hingga wisata kuliner. Yogyakarta memang menawarkan berbagai macam pilihan objek wisata. Terlebih kepada wisata kuliner. Berbagai makanan khas Yogyakarta mudah sekali kita temukan di berbagai tempat. Seperti gudeg, bakpia patuk, hingga minuman-minuman yang jarang kita temukan di selain Yogyakarta seperti kopi jos. Kopi hitam panas yang dicelupkan arang didalamnya. Anda tidak akan menemukan minuman tersebut di luar Yogyakarta.
Banyaknya tempat wisata kuliner tentu saja kota ini tidak luput dari tempat nongkrong. Berbagai tempat nongkrong dari warung-warung tenda pinggir jalan, hingga restoran elit tersedia disini. Saya akan merekomendasikan kepada pembaca tentang tempat makan yang asik dan cocok untuk tipe dompet anak perantauan seperti saya. Makanan yang disajikan sederhana, enak, aman di kantong dengan suasana yang jarang ditemuakn di tempat lain.
Sore itu sekitar pukul 16.30 WIB saya dan teman saya sedang mencari buku di Shopping. Shoppping merupakan tempat penjual buku-buku lama dan murah, terletak di belakang Malioboro. Sepulang dari situ perut kami terasa lapar dan kami hendak mencari makan. Awalnya saya tidak tau tempat tersebut. Namun teman saya sudah mengenal tempat itu jauh sebelum saya. Tepatnya di depan Pakualaman, jalan Kusumanegara. Dari jalan Timoho lurus mentok, belok kanan lurus sampai di Pakualaman, anda masuk saja. Disitu anda akan menemukan berbagai jenis tempat makan dengan berbagai makanan yang dihidangkan. Sore itu saya memilih lapak paling pinggir sebelah barat.
Menu yang tersedia disitu adalah oseng-oseng mercon dan jadah bakar. Bagi saya penikmat makanan pedas sangat cocok dengan menu makanan tersebut. Daging sapi dimasak dengan rempah-rempah, dengan beberapa cabai rawit yang menambah sensasi makan makin asik. Ketika biasanya makan khas Yogyakarta rasanya manis, berbeda dengan oseng-oseng mercon. Oseng-oseng mercon rasanya asin, gurih dan yang pasti sangat pedas. Tidak hanya itu, di warung makan ini juga menyediakan menu jadah bakar. Sensasi rasa pedas yang dihasilkan oleh oseng-oseng mercon akan lenyap seketika ketika kita menyantap jadah bakar. Sejenis ketan uli yang ditumbuk dan dicampur dengan parutan kelapa.
Bukan hanya makanan-makanan lezat, tempat ini juga menyajikan suasana senja yang elok dan romantis. Pelataran Pakualaman yang setiap sore terdapat anak-anak kecil berlatih tari menjadi pemandangan yang sangat asik dan memikat. Dengan nuansa langit sore yang berubah dari biru ke jingga hingga akhirnya berubah gelap menambah sensasi tersendiri.
Tiap sore, tempat makan ini sangat ramai pengunjung. Mulai dari anak muda macam saya, hingga sekumpulan bapak-bapak dan ibu-ibu berbaju rapi, mungkin orang-orang yang lelah karena baru pulang dari kantoran dan perut lapar. Tempat makan ini bukan hanya menyajikan kursi panjang, namun juga lesehan.

0 komentar:
Posting Komentar